Selasa, 04 April 2017

Tari Saman dan Filosofi Kebersamaan


Siapa yang tidak kenal dengan Tari Saman yang berasal dari Aceh? Pastinya yang terbayang di pikiran orang-orang saat menyebut nama atau istilah tari saman adalah barisan yang memanjang, tepukan rapi tangan-tangan yang membentuk suatu seni dan lantunan suara sang syeh. Dibalik semua yang tersirat dalam gerakan tari saman, ada filosofi yang mendalam serta memiliki hal unik lainnya yang belum banyak orang mengetahuinya. Mungkin setiap orang melihat tari saman hanya sebatas tepukan dada dan gerakan tangan yang memukau penonton dan menetapkan pandangan satu arah. Tapi dibalik sebuah syair yang dilantunkan dan gerakan super cepat yang memukai, tari yang berasal dari Aceh dan kental hubungannya dengan agama islam ini memiliki beberapa hal unik yang patut diacungi jempol. Beberapa makna dari tari ini meliputi hal berikut ini:
Dibalik gerakan tari saman yang serentak satu sama lain memiliki makna bahwa keseragaman masyarakat Aceh yang senantiasa tetap sama dalam segala hal baik pandangan terhadap  suatu hal maupun toleransi yang tinggi terhadap berbagai perbedaan yang ada di Aceh. Bahu penari yang saling berhimpit dan satu arah seakan menggambarkan suatu kekuatan rakyat Aceh dan solidaritas yang saling bahu membahu dalam bekerja sama serta tolong menolong. Sedangkan lantunan syair yang memukau telinga untuk didengar, mengisyaratkan masyarakat Aceh yang selalu taat dan tunduk kepada islam sebagai agama mayoritas di Aceh sekaligus tata cara masyarakat Aceh dalam menyambut tamu yang datang ke Aceh. Filosofi ini adalah bagian dari alasan mengapa tari saman merupakan suatu tari yang menjadi kebanggan tersendiri bagi saya dan juga masyarakat Aceh lainnya. Selain memiliki filosofi yang mendalam, tari saman memiliki lantunan syair-syair yang mengisahkan tentang nabi dan tak lepas terhadap pujian kepada sang maha pencipta sehingga tari saman tak pernah dikatakan sebagai budaya yang menentang terhadap agama. Selain itu, yang paling menonjol dari tari yang dimainkan oleh 5-10 orang ini memiliki penghargaan yang tinggi terhadap pemainnya dimana yang memainkan tari ini terdiri dari semua laki-laki sehingga tidak ada bertentangan pula dalam hal syariat yang ada di Aceh.
Bagiku, tari saman adalah tarian yang paling kubanggakan. Tak hanya aku saja, akan tetapi seluruh Aceh memiliki rasa kebanggan tersendiri terhadap tari ini karena memang memiliki kualitas budaya yang begitu tinggi. Gerakan yang memukau, tajam, dan sigap menjadikan setiap orang tidak mampu mengalihkan pandangannya dari penampilan dan syair yang ada dalam tari ini. Adapun dibalik itu semua dapat dilihat ke masa-masa belakang dalam sejarah Aceh juga pernah mencatat bahwa asal saman ini tak luput dari identitas dan hubungannya dengan bangsa Arab. Tari ini tak luput dari kaitannya dengan tari sufi yang juga terkenal dengan putaran sang penari. Hubungannya sama-sama dengan konsentrasi dan fokus yang dilakukan oleh sang penari agar bisa bertahan selama melakukan tari ini. Fokus adalah hal utama yang diperlukan untuk memainkan tari ini sehingga konsentrasi pikiran juga dilatih dalam memainkan saman ini. Hal ini bisa kuceritakan karena aku sendiri pernah berperan dalam memainkan tari ini. Pengalaman luar biasa ini mulanya terasa sangat susah untuk memainkannya. Akan tetapi, setelah melalui beberapa latihan tangan dan membiasakan gerakan dalam mengikuti konsentrasi maka secara otomatis pikiran dan gerak tangan akan segera menyambung sehingga terjadi kontak langsung untuk bisa memainkan tari ini. Untuk kemampuannya, kurasa setiap orang dari Sabang sampai Merauke pasti mampu membawakan tari ini, tidak hanya orang Aceh saja akan tetapi tari yang sudah dikenal dikancah internasional ini menjadi indentitas dan kebanggan tersendiri bagi penari setelah menarikannya. Apalagi kelelahan latihan selama berminggu-minggu seakan terbayar lunas oleh gemuruh tepuk tangan penonton yang seolah memuji penampilan kami yang tergabung dalam acara persembahan ulang tahun kota Banda Aceh tersebut.
Seperti ada budaya dan tari daerah lainnya, sudah sepatutnya bangsa dan masyarakat Indonesia melestarikan budaya tarian saman. Akan lebih bagus jika pemerintah membuat suatu peraturan dan hak lindung khusus terhadap tari ini mengingat perkembangannya yang begitu pesat. Tari saman yang sudah mendunia mampu menjadikan Indonesia dikenal dunia, maka dari itu perlu adanya perlakuan khusus dan pelestarian agar tari ini tetap terjaga keberadaannya di Indonesia dan bisa menjadi semboyan khusus untuk mengenalkan pariwisata Indonesia ke tingkat internasional. Dengan adanya pelestarian tari ini, secara tidak langsung keberadaannya akan terjaga dan anak cucu generasi penerus bangsa Indonesia kelak dapat melanjutkan dan terus menjaga budaya ini tanpa adanya pengakuan dan perebutan dari pihak atau negara yang mengakui secara paksa terhadap budaya yang tercinta ini. Tanpa pelestarian dan rasa kebanggan tersendiri dari jiwa masyarakat Indonesia akan hak dan kepemilikan tari saman ini, bukan tidak mungkin suatu saat tari yang menjadi kebaggaan Indonesia ini akan hilang bahkan diakui negara lain dan tentunya hal ini tidak diinginkan oleh siapapun.
Dengan adanya penjelasan diatas, setidaknya aku bisa menjelaskan sedikit banyaknya tentang tari saman dimana tari kebanggan daerahku. Hal ini seakan membuatku yakin dengan tulisan ini bisa menggugah para generasi muda untuk terus menggali, memakai, dan mengkaryakan setiap warisan budaya Indonesia karena hanya dengan tiga hal itulah budaya dan kekayaan Indonesia bisa terjaga sampai ke anak cucu kita kelak. Saya rasa pula bahwa pihak panitia yang melaksanakan acara lomba ini setidaknya harus memilih saya dan saya berhak mendapatkan rewards dari pihak panitia sebab, tekad saya untuk terus menulis tentang budaya akan terus saya tingkatkan apalagi dengan adanya lomba seperti ini yang akan memotivasi saya untuk terus berusaha menulis apa yang bisa saya tulis. Hal yang kedua, saya memiliki tekad bahwa jika saya mendapat kaos atau cenderamata dari panitia, saya bisa mempromosikan kekayaan unsur budaya Indonesia khususnya kepada masyarakat Aceh bahwa kita punya acara tersendiri yang dilaksanakan pihak panitia sebagai cara untuk membuat negara semakin dikenal dengan kebudayaannya.

Kamis, 09 Maret 2017

Lomba Tulisan elevenia.com "Segenggam Kado Harapan untuk Sang Ibu, Malaikat Keluargaku"

Segenggam Kado Harapan untuk Sang Ibu “Malaikat Keluargaku”
Oleh : Odi Wayuna

 
       Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini pasti memiliki seorang ibu. Ibu adalah wanita luar biasa perjuangannya dalam segala hal setelah ayah di sebuah keluarga. Semua orang pasti sayang dan cinta kepada ibu. Hal inilah yang selalu kupegang teguh dalam hati bahwa tak ada manusia seorangpun di dunia ini yang bisa menggantikan ibu. Kasih sayangnya kepadaku mampu membuat segala hal yang kucintai di dunia ini tak ada harganya disbanding dengan cintaku kepada seorang ibu. Ibuku, seorang wanita tangguh yang luar biasa perjuangannya bak seorang Cut Nyak Dhien dalam memperjuangkan segala hal. Aku sangat cinta ibu bahkan melebihi kecintaanku terhadap diriku sendiri. Cintaku kepada ibu akan melekat sampai kapanpun karena ialah wanita yang selalu ada disampingku saat dalam keadaan apapun yang kurasa.
Ibuku bernama Yuliani yang kini berusia hampir 40 tahunan. Garis kerut dan kulit kusamnya yang terlukis di wajah yang sudah berumur ini terkadang membuatku ingin memeluk, mencium, menangis serta mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya yang tak terlukiskan kepadanya. Jika saja aku harus memilih, akan kuserahkan nyawaku untuk kebahagiaan dirinya. Aku rela melakukan apapun deminya karena ia adalah wanita luar biasa yang menjadi malaikat tak bersayap bagiku. Wanita ini banyak mengajarkanku bagaimana belajar dari kehidupan. Menmbesarkanku hingga menjadi seorang mahasiswa seperti ini bukanlah hal mudah. Penuh perjuangan yang ia lakukan bersama ayah untuk melihat kami bahagian selaku anak-anaknya. 

    



      Ibuku ini memiliki sikap yang luar biasa untuk kami sekeluarga. Hatinya yang selalu mengutamakan sang anak dan suami membuatku dan keluargaku seakan tak ingin terpisah oleh jarak meski hanya sedetikpun. Perjuangannya sebagai seorang ibu di keluarga ini tak hanya sebatas seorang ibu. Hal ini terbukti bahwa ibuku memiliki ketangguhan hati dalam menghadapi segala hal bersama-sama dengan ayah baik itu suka maupun duka. Aku dan keluargaku sangat mencintai ibu. Banyak alasan yang bisa kuceritakan mengapa ini sangat kami sayangi, sangat aku banggakan, sangat aku hargai, bahkan aku sangat takut jika suatu saat kehilangannya sebelum aku bisa membahagiakannya. Dari sekian banyaknya alasan, hal pertama yang membuatku sangat menyayangi dan mencintainya adalah kasih sayang yang ia berikan kepadaku sungguh luar biasa. tak hanya kepadaku saja, kepada ayah dan adik-adikku juga sangat luar biasa. Kasih sayang ibu mampu menjadikan kami putera-puteri terbaik yang mampu membanggakan mereka. Hal yang paling kuingat dari sosok seorang ibu adalah kenangan dimasa aku kecil. Masa dimana ibu selalu menemaniku saat sakit, sabar dalam mendidikku, bahkan ia rela tidak makan jika aku belum merasa kenyang dengan makanan yang ada. Kasih sayang ibuku tidak akan lekang sepanjang masa bahkan jika aku sudah tidak di dunia ini lagi. Kasih sayang ibu ini terlukiskan olehku karena perjuangan beliau yang selalu mengalah dengan permintaanku. Jika aku meminta sesuatu untuk keperluan sekolah, maka ibulah yang pertama sekali meminta kepada ayah tentang itu dan bahkan jika ayah tidak memberikannya, maka ibu senantiasa rela menguras tabungannya demi aku. Ibu juga tempat aku mengadu nasib jika aku memiliki masalah besara. Tak heran jika ibu menjadi seorang pahlawan yang memberi solusi kepadaku dalam hal apapun itu khususnya masalah sekolah dan kuliah. Ibu sangat menyayangi aku dan kedua adikku begitu pula aku yang tak ingin berpisah sedetikpun dengannya. Hal ini terkadang sangat berat ketika aku harus mengatakan selamat tinggal kepada ibu karena kuliahku di Banda Aceh. Perpisahan sementara dengan ibu bukanlah hal yang mudah untuk di lupakan. Setiap saat aku merasakan sepinya dunia tanpa adanya ibu saat aku pulang dari kampus karena aku sudah terbiasa dengan kasih sayang ibu dan kasihnya selama bertahun-tahun lamanya. Alasan kedua, ibuku adalah wanita yang sangat pandai mendidik anak. Ibu adalah salah satu wanita tersukses dalam mendidik aku dan adik-adikku sehingga kami memiliki akhlak dan sopan santun yang luar biasa. Ibuku adalah guru pertama dalam hidupku dalam mengajariku tentang menghargai orang lain dan sopan santun dalam beretika. Selain itu, ibu juga wanita yang sangat tangguh. Setiap hari mengurusi kami sekeluarga di rumah tatkala aku masih sekolah dulu. Pekerjaan rumah yang ia kerjakan bukanlah hal mudah. Bayangkan ibu yang harus bangun jam 04:00 wib subuh tatkala aku masih tidur pulas. Beliau mempersiapkan segalanya bagi kebutuhan keluarga seolah tak ada lelahnya. Ibu tidak pernah mengeluh dalam mengerjakan semuanya, semua beliau lakukan dengan ikhlas tanpa mengharap apapun dari kami. Pekerjaan yang paling membuatku menangis dan sedih melihat ibu adalah mencuci semua pakaian kami yang jumlahnya begitu banyak. Setiap hari ibu melakukan ini tanpa bantuan mesin cuci. Pakaian demi pakaian ia cuci dengan tangannya sendiri bahkan timba air dari sumur yang begitu berat ia kerjakan tanpa ada bantuan dari siapapun. Sedih rasanya ketika melihat tangan ibu yang kasar dan kulit ari yang terkelupas menghiasi tangannya yang dulunya halus karena mencuci dengan banyaknya pakaian kami. Aku sempat berharap jika suatu saat aku bisa membelikan ibu sebuah mesin cuci supaya ibu tidak keberatan lagi dalam mencuci pakaian. Aku sempat berpikir bahwa ibu tidak layak lagi untuk mengerjakan dan mencuci cucian dengan tangannya karena pekerjaan yang ia lakukan begitu berat sekali. Dengan harapan ini, maka jika suatu saat aku memiliki peluang dan memiliki dana yang cukup untuk membeli barang, maka akan kuhadiahkan sebuah mesin cuci untuk ibu sebagai baktiku dan rasa sayangku kepada ibu selama ini yang telah bersusah payah dengan peluhnya kepada keluarga. Dengan adanya lomba yang diadakan oleh m.elevenia.com maka aku sangat ingin memberikan sebuah produk elevenia ini berupa http://m.elevenia.co.id/ctg-mesin-cucikepada ibu dan semoga saja harapan ini terkabulkan karena aku ingin melihat ibu merasa terbantu dengan alat ini dan melihat garis kerut wajahnya  yang kusam menjadi segores senyuman indah di pipinya.

       Akhir kata ingin kuucapkan bahwa ibuku adalah ibu yang luar biasa bagiku. Ibu yang tidak pernah merasa lelah dan tidak pernah marah dengan sikap anak-anaknya yang suka membuatnya lelah. Ibu senantiasa menjaga kami meski kini kami sudah tumbuh menjadi diri yang dewasa yang senantiasa bisa menjaga diri. Ibuku adalah sosok yang selalu menganggap kami belum mandiri dan merasa bahwa kami masih sangat butuh perhatiannya sehingga ia selalu menitikkan air mata tatkala kami jauh darinya. Ibu, aku sayang ibu selamanya. Tak aka nada yang bisa menggantikan ibu meski dunia sudah tiada nantinya.

Minggu, 05 Maret 2017

Surat Untuk Ibu dari Kopelma



Surat Untuk Ibu dari Kopelma
Oleh Odi Wayuna

Ibu, ingin kuceritakan kisahku sekarang ini disini
Bu, sekarang anakmu sudah bisa menyapa dan melawan dinginnya subuh
Bu, anakmu sudah sanggup melawan kuatnya daya kantuk kala isya datang
Bu, sekarang anakmu sudah bisa memasak makanan sendiri
Walaupun rasanya kurang pas dimulut, kadang keasinan dan kadang kemanisan
Bu, sekarang anakmu sudah bisa mengatasi segala masalah disini
Bu, sekarang anakmu sudah bisa tidur sendiri tanpa harus ibu gantungkan kelambu lagi

            Ibu, ingin kuceritakan tentang kisah hari ini
            Ibu, hari ini kulewati jalan kopelma yang ramai
            Tapi kenapa perasaaku begitu sepi?
            Ibu, hari ini kulihat canda tawa teman-teman di kampus
            Tapi kenapa  hati ini belum bisa tersenyum?
            Ibu, hari ini kulihat banyak orang tua berjualan dipinggiran jalan kampus
            Disana kurasa seperti ku melihat wajahmu

Bu, hari ini kulalui gerbang indah Kopelma dengan penuh kerinduan
Kerinduanku akan tatapan serta pelukan kasih sayangmu
Kerinduanku akan nasihatmu dan suara dikala subuh datang
Dan kerinduanku terhadap buaianmu dikala isya tiba

            Ibu, hari ini anakmu hanya bisa mengirimkan sepucuk surat rindu dari Kopelma
            Mungkin hari ini anakmu belum bisa membalas jasamu
            Mungkin hari ini anakmu masih bergantung uang jajan kepadamu

Ibu, ku yakin setiap saat disana ibu selalu mendoakanku
Setiap detik disana ibu selalu ikhlas bekerja membanting tulang hanya demi anakmu disini bu.
Bekerja di ladang, penuh keringat dan rasa letih tak kau hiraukan hanya untuk menyekolahkanku

            Bu, maafkan anakmu yang belum bisa mengatur keuangan dengan baik
            Maafkan anakmu yang selalu boros dalam mempergunakan uang darimu
            Maafkan anakmu karena sering melukai hatimu dengan perkataan
            Ibu, jangan teteskan airmata kesedihan hatimu terhadapku
            Karena hal itu akan membuat masa depanku puntung bu
            Karena doamu beserta dengan ridha tuhan

Ibu, surat ini sengaja ku tulis untukmu
Semoga ibu disana sehat dan baik-baik saja
Bu, insyaallah 3 tahun ke depan anakmu akan membuat ibu dan ayah bangga saat wisuda nanti

            Insyallah bu, dengan restumu ku ingin lukis senyum bahagia di hari tuamu nanti
            Bu, aku rindu ibu.
            Saat ini hanya airmata yang bisa ku teteskan di kopelma ini sebagai tanda kerinduanku padamu
            Aku selalu rindu akan teduhnya wajahmu disana bu
            Anakmu sangat merindukanmu

Jumat, 03 Maret 2017

Dongeng "Hukum Rimba" Season II



Pagi itu gerombolan Kakek sihir datang dengan mengendarai kijang mereka. Tampak begitu banyak serigala yang dibawa oleh kakek sihir. Jubah hitam yang dikenakan si kakek sihir mampu mengubah tanaman yang subur menjadi kering karena hempasan dan kepakan jubah si Kakek Sihir. Tak berapa lama si Kakek sihir sampai di depan istana mungil keluarga Podih. Tampak si Kakek sihir datang dengan rasa bangga dan merasa paling hebat. Suasana menjadi sangat kelam tatkala si Kakek sihir datang dan masuk ke depan istana mungil keluarga Podih. Saat itu, Podih dan Caca sedang sekolah dan tidak ada dirumah. Yang ada dirumah hanyalah Ibu Podih dan Didil yang sedang mengurusi tanaman dan sesekali mengajar sihir dongeng kepada Didil. Mendengar suara derapan kaki serigala dan kijang yang mendekat, ibu pun keluar dari belakang istana mungil keluarga Podih dan menuju ke teras. Tampak disana berjejer pasukan serigala kelaparan yang mengaung keras.

“Aku datang untuk bertemu ayah Podih. Pertemukan aku dengannya segera.” Ucap Kakek sihir dengan wajah muram dan menakutkan.

“Maaf, kami tidak kenal dengan anda, darimana anda datang wahai tuan berbaju hitam.” Tanya dan balas Ibu Podih sambil menggenggam Didil dalam genggaman tangannya.

“Aku ingin membeli lahan kalian. Akan kubangun sebuah pusat kota sihir negeri dongeng disana.” Ucap kakek sihir menjelaskan dengan tegas.

“kami tidak akan menjual lahan kami kepada siapapun termasuk anda pak tua berjubah hitam.” Ucap Ibu Podih lantang.

“hahahahahaha begini caranya kau menyambut tamu wahai Ratu. Kurasa, Istana mungilmu ini akan bisa kau beli lagi jika kau jual lahan di Baneting itu kepadaku. Kalian akan kaya raya, hahahaha.” Ucap Kakek Sihir dengan sombongnya.

“baiklah jika kau tidak mau menjualnya, ku beri kau dan suamimu waktu selama sepekan. Setelah sepekan aku akan kembali kesini menanyakan keputusan. Kuharap kau tidak memancing kemarahan sang Kakek sihir wahai Ibunya Podih.” Ancam si Kakek sihir kepada ibu Podih. 

Dengan segera kakek sihir menghilang dan menarik semua pasukan serigalanya juga kijang yang ia tunggangi tadi. 

“bu, siapa mereka? Didil Takut bu, mereka mau mengambil ladang kita.” Ucap Didil kepada ibu.
“tidak usah takut Dil. Mereka tidak akan bisa mengambil Ladang kita. Ayah akan melawan kakek sihir itu dan Bang Podih juga akan menyihir Si kakek sihir menjadi tomat.” Pungkas ibu kepada Didil meyakinkan Didil yang terlihat ketakutan.

Ibu Podih pun menceritakan kepada Ayah mengenai kedatangan si Kakek sihir kepada keluarga mereka. Kedatangan Si Kakek sihir membawa sebuah perlawanan besar bagi Ayah Podih. Bagaimana tidak, Ayah Podih sudah berladang sejak 10 tahun yang lalu di kaki gunung Baneting. Semua tanaman tumbuh subur disana dan juga tak tersentuh oleh tangan-tangan jahat. Ayah Podih tidak akan memberikan atau menjual kepada siapapun ladang tersebut meskipun dibeli dengan harga yang sangat mahal dan ditukar dengan emas permata karena ayah Podih tahu bahwa orang yang ingin menguasai ladang di Baneting adalah orang jahat yang ingin menghancurkan alam dan mengganggu alam…….. Bersambung.

Jumat, 24 Februari 2017

Sesuatu Yang Belum Kau Tahu

Bimbang, resah, bingung dalam berpacu arah yang akan ku utarakan kata-kata ini.
Memang tal seberapa yang kau tahu, tapi ku tahu lebih dari apa yang kau tahu
Jangkauan bagiku bukan sekedar halangan yang mampu kukirimkan doa dan rindu yang memucuk dan tidak dapat memudar dalam jiwa ini.

Kau tahu?
Apa yang ku tahu?
Mungkin saja kau tahu, tapi tak seberapa jika dibandingkan apa yang aku tahu saat ini tentangmu

Sekecil apapun pesan darimu
Telah mampu membangun semangat yang besar dalam kehidupan raga ini yang mungkin bisa saja suatu saat akan lenyap jika kau layu dan tak bisa tumbuh lagi dalam hidupku

Bulan sudah berlalu, tahun pun sudah berganti. Namun tidak dengan rasa ini yang seakan semakin melekat dalam jiwa dan tak akan terkikis oleh terjangan ombak yang bergelora

Pun, jika nanti kau tahu,
Ku yakin pasti kau hanya mengangguk sekedar dengan rautan wajah yang terpancar tarikan senyum akibat paksaan perasaan.

Daripada hal itu terjadi, lebih baik ku simpan saja gelora ini bersama hitamnya malam yang seakan mampu menelisik sedang apa kau disana

#matangkuli'sgirl

Dongeng "Hukum Rimba" Season 1



Dongeng "Hukum Rimba" Season 1
Oleh : Odi Wayuna (Odiismoe)


Di sebuah negeri, tinggallah sebuah keluarga yang sering disebut Keluarga "Podih". Keluarga ini tinggal di sebuah Desa yang jauh dari pusat keramaian dan masih sangat alami alamnya yang bernama "Cota Salla". Keluarga ini disebut keluarga "Podih" karena adanya seorang anak laki-laki dan merupakan satu-satunya anak laki-laki tertua di keluarga ini berama "Podih". Podih adalah anak yang tumbuh dalam keluarga sederhana dan memiliki kepribadian yang sangat baik serta jujur. Tak jarang Podih sering menjadi kebanggaan kedua orangtuanya karena Kecerdasannya di Sekolah. Saat ini Podi sedang bersekolah di salah satu sekolah Dongeng atau di dunia nyata sering disebut SMP. Podih menjadi salah satu siswa kesayangan para guru dongen di sekolah negeri dongen tersebut karena keaktifan dan etika sopan santunnya. Podih adalah anak pertama dari dua adik-adiknya bernama "Caca" dan "Didil". Caca adalah adik perempuan pertama Podih yang memiliki paras yang sangat cantik dan baik hati. Walaupun Caca tidak secerdas Podih, namun kasih sayang orangtua Podih tidak pernah berbeda terhadap putera-puterinya dalam menyayangi mereka. Caca saat ini juga sedang belajar di sekolah sihir di negeri dongeng yang berada ditingkat kelas bawah atau setara dengan SD di dunia nyata. Caca adalah gadis yang sangat jujur dan penyayang terhadap saudara-saudaranya. Kemudian ada adik Podih yang kedua adalah gadis mungil yang bernama "Didil". Didil adalah gadis kecil yang belum sekolah tapi memiliki kepintaran yang sangat jenius. Tak jarang Didil seringkali memaksa ayah dan ibu Podih untuk menyekolahkannya. Akan tetapi, setiap kali ibu mendaftarkan Didil ke sekolah dongeng, Didil seringkali ditolak karena masih usia yang sangat kecil untuk sekolah. Akhirnya ibu mengajarkan Didil di rumah dan sebelum Didil masuk bangku TK di negeri dongeng, Didil sudah bisa membaca. Ibu dan Ayah Podih sangat menyayangi putera-puterinya. Setiap kali Podih mengikuti lomba, tak jarang ayah selalu membelikan piala cadangan tatkala jika Podih kalah dalam perlombaan di negeri dongeng. Akan tetapi, meskipun ayah dan ibu Podih sangat menyayangi mereka, ayah dan ibu tidak pernah memanjakan mereka. hal ini tentu saja menjadi sebuah kelebihan dan pembicaraan tetangga Podih untuk terus kepo dengan cara mendidik orangtua Podih. Keluarga Podi adalah keluarga yang sangat sederhana. Ayah Podih memiliki sebuah lahan di kaki gunung "Baneting" sebagai tempat mata pencaharian keluarga Podih. Setiap Hari ayah Podih ke Kebun dan bekerja disana. Sedangkan Ibu Podih hanya seorang ibu rumah tangga yang merawat Podih dan adik-adiknya.
Suatu Hari, sebuah kejadian besar terjadi di keluarga Podih. Seorang Kakek sihir datang memerintahkan anak buahnya untuk merampas kejayaan keluarga Podih. Kakek sihir memerintahkan anak buahnya untuk mengambil lahan Podih karena disana tanpa sepengetahuan Orang lain di ladang Podih memiliki emas dan permata yang luar biasa mahal harganya. akhirnya si Kakek sihir pertama kalinya mendatangi keluarga Podih dan meminta ayah Podih menjual ladangnya untuk si kakek sihir yang jahat...... Bersambung..............


Sabtu, 10 September 2016

Sang Tokoh dan Idolaku (Abdullah Ibnu Rawahah)


ABDULLAH IBNU RAWAHAH
Yang bersemboyan :
Wahai Diri ……..
Jika Kau Tidak Gugur di Medan Juang ……..
Kau Tetap Akan Mati ……..
Walau di Atas Ranjang ..……

Waktu itu Rasulullah saw. sedang duduk di suatu tempat dataran tinggi kota Mekah, menghadapi para utusan yang datang dari kota Madinah,  dengan  bersembunyi-sembunyi  dari kaum Quraisy. Mereka yang datang ini terdiri dari duabelas orang utusan suku atau kelompok  yang  kemudian  dikenal dengan nama Kaum Anshar.(penolong Rasul). Mereka sedang dibai'at Rasul (diambil Janji sumpah setia) yang terkenal pula dengan nama Bai'ah Al-Aqabah al-Ula (Aqabah pertama). Merekalah pembawa dan penyi'ar IsIam pertama ke kota Madinah, dan bai'at  merekalah yang membuka jalan bagi hijrah Nabi beserta pengikut beliau, yang pada gilirannya kemudian, membawa kemajuan pesat bagi Agama Allah yaitu Islam ....Maka salah seorang dari utusan yang dibai'at Nabi itu, adalah Abdullah binRawahah.

Dan sewaktu pada tahun berikutnya, Rasulullah saw. membai'at. lagi tujuhpuluh tiga orang Anshar dari penduduk Madinah pada bai'at 'Aqabah kedua, maka tokoh Ibnu Rawahah ini pun termasuk salah seorang utusan yang dibai'at itu.

Kemudian sesudah Rasullullah bersama shahabatnya hijrah ke Madinah dan menetap di sana, maka Abdullah bin Rawahah pulalah yang paling banyak usaha dan kegiatannya dalam membela Agama dan mengukuhkan sendi-sendinya. Ialah yang paling waspada mengawasi sepak terjang dan tipu muslihat Abdulla bin Ubay (pemimpin golongan munafik) yang oleh penduduk Madinah telah dipersiapkan untuk diangkat menjadi raja sebelum Islam hijrah ke sana, dan yang tak putus-putusnya berusaha menjatuhkan Islam dengan tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada. Berkat kesiagaan Abdullah bin Rawahah yang terus-menerus mengikuti gerak-gerik Abdullah bin Ubay dengan cermat, maka gagalah usahanya, dan maksud-maksud jahatnya terhadap Islam dapat di patahkan.

Ibnu Rawahah adalah seorang penulis yang tinggal di suatu lingkungan yang langka degan kepandaian tulisi baca. Ia juga seorang penyair yang lancar, untaian syair-syairnya meluncur dari lidahnya dengan kuat dan indah didengar ....

Semenjak ia memeluk Islam, dibaktikannya kemampuannya bersyair itu untuk mengabdi  bagi kejayaan Islam .....Dan Rasullullah menyukai dan menikmati syair-syairnya dan sering beliau minta untuk lebih tekun lagi membuat syair.

Pada suatu hari, beliau duduk bersama para sahabatnya, tiba-tiba datanglah Abdullah bin Rawahah, lalu Nabi bertanya kepadanya: "Apa yang anda lakukan jika anda hendak mengucapkan syair?"

Jawab Abdullah: "Kurenungkan dulu, kemudian baru kuucapkan". Lalu teruslah ia mengucapkan syairnya tanpa bertangguh, demikian kira-kira artinya secara bebas:

"Wahai putera Hasyim yang baik, sungguh Allah telah melebihkanmu dari seluruh manusia.dan memberimu keutamaan, di mana orang tak usah iri.

Dan sungguh aku menaruh firasat baik yang kuyakini terhadap dirimu. Suatu firasat yang berbeda dengan pandangan hidup mereka.

Seandainya anda bertanya dan meminta pertolongan mereka dan memecahkan persoalan tiadalah mereka henhak menjawab atau membela

Karena itu Allah mengukuhkan kebaikan dan ajaran yang anda,bawa

Sebagaimana Ia telah mengukuhkan dan memberi pertolongan kepada Musa".

Mendengar itu Rasul menjadi gembira dan ridla kepadanya, lalu sabdanya: "Dan engkau pun akan diteguhkan Allah".

Dan sewaktu Rasulullah sedang thawaf di Baitullah pada 'umrah qadla, Ibnu Rawahah berada di muka beliau sambil  membaca syair dari rajaznya:

"Oh Tuhan, kalauIah tidak karena Engkau, niscaya tidaklah ami akan mendapat petunjuk,   tidak   akan   bersedeqah dan Shalat!

Maka mohon diturunkan sakinah atas kami dan diteguhkan pendirian kami jika musuh datang menghadang.

,Sesuhgguhnya Qrang-orang yang telah aniaya terhadap kami, biIa mereka membuat fitnah akan kami tolak dan kami tentang".

Orang-orang Islam pun sering mengulang-ulangi syair-syairnya yang indah.
Penyair Rawahah yang produktif ini amat berduka sewaktu turun ayat al-Quranul Karim yang artinya :

"Dan para penyair, banyak pengikut mereka orang-orang sesat".  (Q.S. Asy-syu'ara: 224)
Tetapi kedukaan hatinya jadi terlipur waktu turun pula ayat lainnya : Artinya :

"Kecuali orang-orang(penyair) yang beriman dan beramal shaleh dan banyak ingat kepada Allah, dan menuntut bela sesudah mereka dianiaya". (Q.S. Asy-syu'ara : 227)

Dan sewaktu Islam terpaksa terjun ke medan perang karena membela diri, tampillah Abdullah ibnu Rawahah membawa pedangnya ke medan tempur Badar, Uhud, Khandak, Hudaibiah dan Khaibar, seraya menjadikan kalimat-kalimat syairnya dan qashidahnya menjadi slogan perjuangan:
"Wahai diri! Seandainya engkau tidak tewas terbunuh, tetapi engkau pasti akan mati juga!"

Ia juga menyorakkan teriakan perang:
"Menyingkir kamu, hai anak-anak kafir dari jalannya. Menyingkir kamu setiap kebaikkan akan ditemui pada Rasulnya".

Dan datanglah waktunya perang Muktah ….Abdullah bin Rawahah adalah panglima yang ketiga dalam pasukan Islam.

Ibnu Rawahah berdiri dalam keadaan siap bersama pasukkan Islam yang berangkat meninggalkan kota Madinah …ia tegak sejenak lalu berkata, mengucapkan syairnya;

" Yang kupinta kepada Allah Yang Maha Rahman
Keampunan dan kemenangan di medan perang
Dan setiap ayunan pedangku memberi ketentuan
Bertekuk lututnya angkatan perang syetan
Akhirnya aku tersungkur memenuhi harapan ….. Mati syahid di medan perang…!!"

Benar, itulah cita-citanya kemenangan dan hilang terbilang …., pukulan pedang atau tusukan tombak, yang akan membawanya ke alam syuhada yang berbahagia…!!

Balatentara Islam maju bergerak kemedan perang muktah. Sewaktu orang-orang Islam dari kejauhan telah dapat melihat musuh-musuh mereka, mereka memperkirakan besarnya balatentara Romawi sekitar duaratus ribu orang …, karena menurut kenyataan barisan tentara mereka seakan tak ada ujung alhir dan seolah-olah tidak terbilang banyaknya ….!

Orang-orang Islam melihat jumlahmereka yang sedikit, lalu terdiam …dan sebagian ada yang menyeletuk berkata:
"Baiknya kita kirim utusan kepada Rasulullah, memberitakan jurnlah musuh yang besar. Mungkin kita dapat bantuan tambahan pasukan, atau jika diperintahkan tetap maju maka kita patuhi".

Tetapi.Ibnu Rawahah,.bagaikan datangnya siang bangun berdiri di antara barisan pasukan-pasukannya lalu berucap:
"Kawan:kawan sekalian! Demi Ailah, sesungguhnya kita berperang melawan musuh-musuh kita bukan berdasar bilangan, kekuatan atau banyaknya jumlah Kita tidak memerangi memerangi mereka, melainkan karena mempertahankan  Agama  kita ini, yang dengan memeluknya kita telah dimuliakan Allah ... !

Ayohlah kita maju ….! Salah satu dari dua kebaikan pasti kita capai, kemenagan atau syahid di jalan Allah ... !"

Dengan bersorak-sorai Kaum Muslimin yang sedikit bilangannya tetapi  besar imannya itu menyatakan setuju. Mereka berteriak:  "Sungguh, demi  Allah,  benar  yang dibilang Ibnu Rawahah.. !"

Demikianlah,  pasukan  terus ke tujuannya,  dengan  bilangan yang jauh lebih sedikit menghadapi musuh yang berjumlah 200.000 yang berhasil dihimpun orang Romawi untuk menghadapi suatu peperangan dahsyat yang belum ada taranya.

Kedua pasukan, balatentara itu pun bertemu, lalu berkecamuklah pertempuran di antara keduanya.

Pemimpin yang pertama Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid yang mulia, disusul oleh pemimpin yang kedua Ja'far bin Abi Thalib, hingga ia memperoleh syahidnya pula dengan penuh kesabaran, dan menyusl pula sesudah itu pemimpin yang ketiga ini, Abdullah bin Rawahah. Dikala itu ia memungut panji perang dari tangan kananya Ja'far, sementara peperangan sudah mencapai puncaknya. Hampir-hampirlah pasukan Islam yang kecil itu, tersapu musnah diantara pasukan-pasukan Romawi yang datang membajir laksana air bah, yang berhasil dihimpun oleh Heraklius untuk maksud ini.

Ketika ia bertempur sebagai seorang prajurit, ibnu Rawahah ini menerjang ke muka dan ke belakang, ke kiri dan ke kanan tanpa ragu-ragu dan perduli. Sekarang setelah menjadi panglima seluruh pasukan yang akan dimintai tanggung jawabnya atas hidup mati pasukannya, demi terlihat kehebatan tentara romawi seketika seolah terlintas rasa kecut dan ragu-ragu pada dirinya. Tetapi saat itu hanya sekejap, kemudian ia membangkitkan seluruh semangat dan kekutannya dan melenyapkan semua kekhawatiran dari  dirinya, sambil berseru:

"Aku telah bersumpah wahai diri, maju ke medan laga
Tapi kenapa kulihat engkau menolak syurga …..
Wahai diri, bila kau tak tewas terbunuh, kau kan pasti mati
Inilah kematian sejati yang sejak lama kau nanti …….
Tibalah waktunya apa yng engkau idam-idamkan selama ini
Jika kau ikuti jejak keduanya, itulah ksatria sejati ….!"
(Maksudnya, kedua sahabatnya Zaid dan Ja'far yang telah mendahului gugur sebagai syuhada).

Jika kamu berbuat seperti keduanya, itulah ksatria sejati…..!" Ia pun maju menyerbu orang-orang Romawi dengan tabahnya …… Kalau tidaklah taqdir Allah yang menentukan, bahwa hari itu adalah saat janjinya akan ke syurga, niscaya ia akan terus menebas musuh dengan pedangnya, hingga dapat menewaskan sejumlah besar dari mereka …. Tetapi waktu keberangkatan sudah tiba, yang memberitahukan awal perjalananya pulang ke hadirat Allah, maka naiklah ia sebagai syahid…..

Jasadnya jatuh terkapar, tapi rohnya yang suci dan perwira naik menghadap Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Tinggi, dan tercapailah puncak idamannya:

"Hingga dikatakan, yaitu bila mereka meliwati mayatku:
Wahai prajurit perang yang dipimpin Allah, dan benar ia telah terpimpin!"
"Benar engkau, ya Ibnu Rawahah….! Anda adalah seorang prajurit yang telah dipimpin oleh Allah…..!"

Selagi pertempuran sengit sedang berkecamuk di bumi Balqa'  di Syam, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sedang duduk beserta para shahabat di Madinah sambil mempercakapkan mereka. Tiba-tiba percakapan yang berjalan dengan tenang tenteram, Nabi ter;liam, kedua matanya jadi basah berkaca-kaca. Beliau mengangkatkan wajahnya dengan mengedipkan kedua matanya, untuk melepas air mata yang jatu disebabkan rasa duka dan belas kasihan ... ! Seraya memandang berkeliling ke  wajah  para shahabatnya dengan pandangan haru, beliau berkata: "Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya hingga ia gugur sebagai syahid ..... Kemudian diambil alih oleh Ja'far, dan ia bertempur pula bersamanya sampai syahid pula ....". Be!iau berdiam sebentar, lain diteruskannya ucapannya: "Kemudian panji itu dipegang oleh Abdulah bin Rawahah dan ia bertempur  bersama panji itu, sampai akhirnya ia·pun syahid pula".

Kemudian Rasul diam lagi seketika, sementara mata beliau bercahaya, menyinarkan kegembiraan, ketentraman dan kerinduan, lalu katanya pula : "Mereka bertiga diangkatkan ke tempatku ke syurga …"
Perjalanan manalagi yang lebih mulia …….
Kesepakatan mana lagi yang lebih berbahagia …….
Mereka maju ke medan laga bersama-sama …….
Dan mereka naik ke syurga bersama-sama pula ….

Dan penghormatan terbaik yang diberikan untuk mengenangkan jasa mereka yang abadi, ialah ucapan Rasullullah Shallallahu alaihi wa sallam yang berbunyi :

"Mereka telah diangkatkan ke tempatku ke syurga……