Minggu, 31 Juli 2016

Cerpen Remaja 1 (Harapanku Selalu Bersamamu)




Harapanku selalu bersamamu
          Hujan yang turun deras, sederas hatiku yang pilu. Aku melihat keluar jendela yang terdapat dan tampak jelas hamparan Padang Rumput yang luas. Hatiku terasa tak tenang, karena hati siapa yang bisa tenang jika sahabat terbaiknya yang selama ini mendukung segala aktivitasnya sekarang sedang terbaring di Rumah sakit. Sahabatku sudah 3 hari dirawat di rumah sakit, aku masih mengingat 3 hari sebelumnya, kami pernah bertemu dan aku sengaja menemuinya karena aku ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting untuknya. Karena aku akan pergi esok hari untuk mengikuti lomba pidato bahasa inggris yang diadakan tingkat Provinsi.
 
Pada hari itu, aku bertemu dengannya di sebuah taman kota. Sesampainya disana, kami bertemu dan sebelum aku menyampaikan maksudku menemuinya, kami sempat bermain kejar-kejaran, dan tertawa bersama. Kami bercanda layaknya sepasang sahabat yang sudah lama terpisah dan kini telah bertemu kembali. Tak lama kemudian, aku mulai menyampaikan maksudku menemuinya dan aku yang memulai perkataan
“Syifa, aku mau bilang bahwa aku harus pergi besok untuk mengikuti lomba Debat English di tingkat Provinsi,”. Kataku dengan menahan sedikit nada. Lalu dia membalas,
“Hafiz, walaupun kamu akan pergi, yang paling aku harapkan dari kamu adalah jangan sekali kali kamu lupa terhadap kewajibabmu terhadap sang maha Pencipta. Aku janji, kita akan selalu bersama, aku yakin kok kamu akan membanggakanku dengan membawa pulang kemenangan untukku. Dan aku harap kamu akan selalu menjaga hubungan persahabatan kita selalu”. Katanya dengan suara terbata-bata. Lalu aku membalas perkataannya.

“Syifa, aku janji aku akan membawakan kemenangan dan kebanggan untuk Syifa, asalkan Syifa juga harus janji akan baik baik saja disini ya dan aku juga akan selalu menjaga hubungan persahabatan kita walaupun berbagai rintangan datang, namun kita selalu bersama”. Ucapku dengan suara yang tertahan dan air mata yang berlinang. Aku tak sanggup untuk meninggalkan dia. Apalagi sekarang dia dalam keadaan sakit-sakitan. Tapi apa boleh buat, aku terpaksa meninggalkannya demi menempuh impianku. Dia memandangku dengan wajah yang dihiasi air mata yang mulai meleleh. Akhirnya aku berkata lagi 

“Syifa, kamu tidak usah khawatir, aku pergi untuk sementara dan aku akan membawa kemenangan untukmu”. Dan Syifa menjawab. “Aku akan mendoakanmu, semoga Hafiz akan selalu di bawah lindungan Allah Swt. Dan aku mau ucapkan selamat jalan sahabatku. Aku selalu menantimu disini dengan jutaan harapan”. Tak lama setelah itu, kami pun pulang ke rumah masing-masing.

          Sesampainya aku dirumah, tiba-tiba Handphoneku berbunyi. Panggilannya ternyata dari temanku. Lalu aku mengangkat Hpku. Lalu aku mendengar suara yang tak biasanya, terdengar suara yang sangat ribut
dan kacau. Aku mulai berbicara dan dengan penasaran aku bertanya
“Hallo di, ada apa ?”. aku sejenak tertegun. Lalu dia menjawab “Hallo Fiz, kamu lagi dimana sekarang ? oa Syifa masuk rumah sakit”. Katanya

Dengan rasa yang tertegun dan menahan air mata yang hampir jatuh, hatiku begitu khawatir dan gelisah memikirkan keadaan Syifa. Aku takut akan terjadi sesuatu dengan sahabatku itu. Lalu aku menjawab “Di, kamu serius ? lalu dimana sekarang Syifa ? dan bagaimana keadaannya ?”. aku mulai gelisah. Lalu dengan singkat temanku menjawab “Dia udah di ICU, sekarang dia tidak sadarkan diri, mending kamu cepetan kesini”. Ucapnya dan tanpa aku sadari, dia menutup telponnya. Dengan hati yang bercampur aduk, aku segera berpamitan kepada orangtuaku. Aku langsung bergegas kerumah Sakit.
      

    Sesampainya di rumah sakit, aku melihat Syifa terbaring lemh di ruang ICU. Dia ditemani mamanya. Matanya juga belum terbuka, itu artinya dia masih tak sadarkan diri. Hatiku bergetar dan menahan air mata yang mulai keluar membasahi pipi. Aku langsung masuk dan mendekati Syifa. Dan ketika melihat aku datang, mamanya langsung mempersilakan aku masuk untuk menjenguknya. Aku mulai berbicara “Syifa, bangun, kenapa kamu sampai begini ? katanya Syifa ingin melihat aku sukses, katanya Syifa ingin melihat aku berjuang untuk mendapat juara ? tapi kenapa Syifa begini ? Ya Allah, Tolonglah sahabat hambamu ini, hamba tidak bisa hidup jika harus kehilangan dia, hamba tidak bisa melihat dia susah Ya Allah, tolong sembuhkanlah dia. Jika mungkin, hamba rela engkau tukarkan nyawa hamba demi kesembuhan dia ya Allah asalkan Syifa sembuh”. Ucapku dengan isak tangis yang sangat pilu. Aku terus memandang dia dan memegang erat tangannya.

          Tak lama kemudian, akhirnya Syifa sadarkan diri, aku melihatnya. Dan dengan keadaan yang sangat lemah, ia menoleh kepadaku dan berkata
“Hafiz, aku takut, aku takut kalau aku tidak bisa melihatmu lagi. Aku takut aku akan pergi dan meninggalkanmu sendiri”. Wajahnya terlihat lemah, lalu dia mendekap tanganku. Aku berkata kepadanya “Syifa, apapun yang terjadi, kita akan selalu bersama dan tidak akan terpisahkan, kecuali Allah berkehendak, jadi syifa harus bertahan demi hafiz ya? Syifa harus kuat, Syifa harus sembuh demi Hafiz ya !”. aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku hanya bisa menahan tangisan yang tersimpan dalam hatiku dan air mata yang mulai berjatuhan.

          Setelah beberapa jam, aku ditelpon oleh orang tuaku. Mama dan papaku bilang bahwa aku harus segera berangkat untuk mengikuti lomba karena mobil yang menjemputku sudah datang kerumahku. Dengan rasa yang sangat perih bercampur sedih, dan dengan langkah yang berat harus ku tempuh. Lalu dengan kata kata terakhir aku kembali mengucapkan kata ku kepada sahabatku yang sudah sadar dan sedang berbaring di ruang ICU.

“Syifa, aku harus pergi ya sayang, aku harus pergi untuk mewujudkan impian kita,impian Syifa yang ingin melihat aku membawa piala besar untuk Syifa, tapi, aku tidak bisa meninggalkan Syifa dalam keadaan seperti ini”. Ucapku dengan kata terhenti-henti. Lalu Syifa menjawab “Hafiz, perlombaan itu lebih penting dari sakitku, kamu harus pergi ke sana, kamu harus membawa kemenangan untukku, aku mohon jangan khawatirkan aku, aku pasti akan baik-baik saja”. Ucapnya dengan kata yang lembut. Akupun berkata lagi “kalau itu yang Syifa inginkan, aku akan pergi dan aku berjanji akan membawakan harapan yang besar dan indah untuk Syifa , tapi Syifa juga harus janji bahwa Syifa akan sembuh dan aku ingin melihat Syifa yang seperti dulu, aku ingin melihat Syifa yang selalu tersenyum dan bahagia”. Ucapku dengan air mata berlinang. Aku sungguh berat meninggalkan dia. Apalagi aku menyimpan perasaan yang lebih kepada Syifa, yaitu selain sebagai sahabat, aku juga mempunyai rasa Cinta yang dalam untuk Syifa.

          Setelah meminta izin kepadanya, aku langsung pulang kerumah untuk bersiap-siap. Dan setelah beberapa jam, aku berangkat dengan mobil jemputan dan dengan hati yang sangat tercampur aduk, aku harus meninggalkan rumahku. Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya aku sampai di tempat penginapan. Aku menginap dan istirahat di salah satu penginapan di dekat kota perlombaan Spech English. Aku disuruh istirahat oleh guruku kerana perlombaannya akan diadakan besok pagi. Sambil melepas lelah, ku mencoba menghubungi kerumahku. Anehnya, hp orangtuaku tak aktif. Aku mulai khawatir. Aku mencoba beberapa kali. Aku mencoba menelpon Syifa, namun  tak ada jawaban. Akhirnya aku hanya terdiam dan memikirkan keadaan Syifa dirumah sakit. Aku teringat akan kata-kata yang ia ucapkan padaku sebelum aku berangkat. Malam itu aku hanya memikirkan Syifa, akhirnya malam itu aku lalui dengan tanpa menutup mata.

          Keesokan harinya, lomba diadakan. Aku sangat bertekad ingin meraih piala yang ada didepanku tersebut. Aku ingin membawakannya dan memperlihatkannya kepada sahabatku disana, pasti dia akan sangat senang.

          Semua peserta telah tampil. Kini tinggallah aku dan seorang peserta lagi yang belum tampil. Aku berusaha agar bisa tampil semaksimal mungkin. Setelah selang beberapa waktu kemudian, aku pun tampil dengan performance yang sangat memuaskan bagiku. Aku sangat yakin dalam hati bahwa aku akan menjadi pemenang dan aku sangat mengharapkan itu.

          Setelah berselang beberapa jam, pengumuman pun mulai di umumkan. Hatiku begitu cemas, aku gundah kalau aku tidak menang, maka aku akan sangat mengecewakan Syifa yang sangat berharap agar aku menang. Pasti Syifa akan kecewa padaku. Aku terkejut dengan suara mikrofon yang memulai bersuara dengan perkataan
“The Winner of Spech English 2013 is ......”
Aku menjadi sangat penasaran. Lalu si Mc memulai menyambung kata lagi.
“Congrulations To Hafiz that has be a winner of Spech Englis 2013 that has cacth a best”. Katanya dengan sangat gembira dan riang.
Aku sangatlah terkejut, aku merasa sangat senang sekaligus menangis karena bahagia. Akhirnya, tanpa aku duga, tanpa aku sangka,aku bisa mendapat no. 1 di tingkat provinsi. Betapa bahagianya hatiku. Aku langsung naik keatas pentas yang sangat spektakuler. Aku menerima sebuah piala yang panjang nya sekitar 70 cm. Aku sangat bangga. Setelah turun dari pentas, aku langsung sibuk mencari guruku dan kembali ke penginapan dengan tujuan untuk cepat-cepat pulang ke rumah dan aku ingin memberi kejutan kepada Syifa. Hatiku begitu riang. Tanpa mempedulikan orang lain, aku sibuk sendiri. Aku pulang ke penginapan. Aku menyiapkan baju-bajuku dan pada saat itu Hpku berbunyi. Lalu aku angkat hpku. Dengan hati yang sangat riang, aku mulai bicara. Betapa terkejutnya ternyata telponnya dari Syifa.

“Hallo Assalammualaikum Syifa ? aku punya kabar gembira untuk Syifa, Syifa pasti senang mendengarnya.” Ucapku dengan hati gembira. Lalu aku heran ketika orang yang membalas perkataanku bukanlah Syifa melainkan mamanya. Dia berkata “Hafid, ini tante nak, tante punya kabar yang sangat buruk nak ! tante harap, kamu bisa menerima dan tabahkan semua ini ya nak !.” ucapnya. Lalu aku membalasnya “berita apa tante ? oa tante Syifanya mana ? dia sudah sembuhkan ?”. tapi yang aku dengar hanyalah tangisan. Aku semakin khawatir dan heran. Lalu mamanya berkata lagi

“Nak, Syifa sudah pergi meninggalkan kita, dia sudah tiada.” Ucapnya singkat. Aku berkata lagi dengan menahan air mata
“ah tante jangan bercanda, ini tidak lucu, tante tolong kasih hp sebentar sama Syifa hafiz ingin bicara dengannya.” Lalu mamanya membalasnya
“benar nak, tante tidak bohong, Syifa sudah pergi meninggalkan kita.” Ucapnya dengan disertai tangisan.

          Dengan rasa haru, tanpa sengaja hpku jatuh ke lantai. Aku menangis dengan sangat perih dengan rasa yang tertegun aku merintih. Aku berteriak dengan tangisan “Syifaaaaa, kenapa kamu pergi begitu cepat ? kenapa kamu tidak menunggu hafiz pulang ? aku sudah berusaha membawa semua keinginan Syifa, tapi kenapa ? kenapa Kamu tinggalkan aku senidiri ? aku tidak bisa bertahan tanpa kamu Syifa. Ya Allah, Kenapa engkau ambil orang yang sangat Hamba sayang ? kenapa engkau panggil satu satunya emas permata sahabat hambamu ini ya Allah ?”. aku merintih dengan perasaan yang sangat pilu.

Tak lama kemudian, aku pun bersiap siap untuk segera pulang. Mobil yang mengantarku sudah datang dan menunggu di parkir. Aku langsun berlari keluar penginapan dengan membawakan piala besar di pangkuanku. Dan aku masuk ke mobil. Dalam perjalanan pulang, hatiku berkata

“Ya Allah, kemana akan hamba bawa hati ini ? kemana akan hamba bawa hati yang sangat hancur ini? Siapa yang akan membuat aku tersenyum ? untuk apa piala ini ? untuk apa kemenangan ini ? kalau sahabat hamba telah engkau ambil. Ya Allah, hamba tidak sanggup hidup tanpa dia, hamba sangat merindukan dia, disaat hamba susah, disaat hamba sedih, siapa yang akan membuat hamba semangat lagi ?”. air mataku mulai membasahi pipiku. Rasanya, aku tidak bisa berkata apa apa lagi. Air mataku yang sudah berguyuran membawaku sampai dan tanpa terasa aku sudah sampai ke rumah. Aku tidak langsung pulang ke rumah, Tapi aku menyuruh sopir itu untuk mengantarku ke makam Syifa.

          Sesampainya disana, aku melihat sebuah makam yang baru saja dibuat. Tanahnya masih baru yang dihiasi bertaburan banyak bunga melati. Dan disana hanyalah yang terlihat Cuma batu nisan yang bertulisan nama SYIFA. Aku mulai melangkahkan kakiku mendekati makam Syifa. Aku menangis sambil berkata

“Syifa Sayang, aku sudah kembali. Aku sudah membawa kemenangan yang Syifa minta. Aku sudah kembali untuk persahabatan kita. Aku akan membahagiakanmu Syifa. Syifa, bangunlah, katanya kamu tidak akan pergi sebelum aku kembali. Katanya kamu ingin melihat aku membawakan piala besar untukmu. Ini aku telah kembali. Bangunlah Syifa, Syifa aku mencintai kamu. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu sayang. Syifa aku mohon, jangan tinggalkan aku. Syifaaaaaa... ya Allah, buat apa semua ini ? buat apa aku hidup kalau tanpa dia ?”. akupun bersimpuh dimakamnya. Aku tak habis-habisnya membayangkan masa masa indah bersamanya. Dia begitu manis, baik, ramah, lucu, tapi sekarang yang tinggal hanyalah kenangan belaka.

          Setelah beberapa jam kemudian, hpku berbunyi. Ternyata mamaku yang menelpon. Aku mengangkatnya.
“Ya ma, assalammualaikum.aku sudah pulang, aku akan segera sampai”. Aku memulai berbicara. Lalu mamaku berkata “Alhamduliillah kamu selamat nak, yaudah, mama tunggu ya.” Kata mamaku.

                   Tak berapa lama, aku pulang dan sampai dirumah. Mamaku dan papaku langsung menyambutku dengan gembira. Mamaku berkata “Alhamdulillah ya Allah, anakku berhasil. Mama bangga sama hafiz.” Mamaku memelukku. Lalu mamaku menanyakan sesuatu sama aku
“Loh, kenapa kamu nak ? kok pucat sekali ?”. aku menjawab. “Ma, hafiz butuh istirahat, mungkin karena kecapean”. Kataku sedikit menyembunyikan tentang apa yang terjadi padaku. Lalu mamaku menyuruhku masuk kamar dan istirahat. Dan tidak lupa pula mamaku memberi sepucuk surat untukku. Katanya dari temanku.

          Aku masuk kekamar. Aku langsung mandi dan menghiraukan surat yang diberi mama tadi. Dan setelah mandi, aku mulai membaca surat tadi. Betapa tergetar hatiku ternyata surat itu dari Syifa, air mataku mulai keluar berderai. Dalam surat itu, Syifa berkata

“Hafiz, mungkin saat kamu melihat surat ini, kamu pasti akan terkejut dan merasa kecewa denganku. Aku sengaja menulis usrat ini khusus buat kamu agar kamu bisa belajar melupakan aku dan menerima kenyataan ini bahwa aku sudah pergi dari hidupmu. Aku pergi karena mungkin, sudah cukup disinilah janjiku untuk hidup didunia ini, aku tahu, bahwa kamu telah membawa piala besar untukku. Aku bangga denganmu hafiz, aku sangat menyayangi kamu. Aku mohon sama kamu hafiz, jangan pernah laupakan tentang hubungan persahabatan kita. Walaupun aku sudah tidak bisa menyemangati hidupmu, tapi yakilah bahwa aku selalu mendoakanmu. Jalanilah hidupmu dengan keceriaan dan ketakwaan kepada Allah. Karna jika kamu bahagia, aku akan turut bahagia. Karena aku tahu bahwa selama ini kamu juga mencintaiku. Begitu pula dengan ku. Aku sangat mencintaimu lebih dari seorang sahabat. Tapi cintaku padamu tidak akan berjumpa di dunia. Aku harus terlebi dahulu di panggil Allah. Aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu. Aku selalu mengingatmu, harapanmu akan selalu kunantikan walaupun aku sudah sangat jauh terpisah darimu. Aku selalu menyayangimu sahabatku. Jangan pernah kau deraikan air mata. Karena aku tidak ingin melihatmu sedih. Aku selalu menantimu di pintu Langit ini.


Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar