Kamis, 09 Maret 2017

Lomba Tulisan elevenia.com "Segenggam Kado Harapan untuk Sang Ibu, Malaikat Keluargaku"

Segenggam Kado Harapan untuk Sang Ibu “Malaikat Keluargaku”
Oleh : Odi Wayuna

 
       Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini pasti memiliki seorang ibu. Ibu adalah wanita luar biasa perjuangannya dalam segala hal setelah ayah di sebuah keluarga. Semua orang pasti sayang dan cinta kepada ibu. Hal inilah yang selalu kupegang teguh dalam hati bahwa tak ada manusia seorangpun di dunia ini yang bisa menggantikan ibu. Kasih sayangnya kepadaku mampu membuat segala hal yang kucintai di dunia ini tak ada harganya disbanding dengan cintaku kepada seorang ibu. Ibuku, seorang wanita tangguh yang luar biasa perjuangannya bak seorang Cut Nyak Dhien dalam memperjuangkan segala hal. Aku sangat cinta ibu bahkan melebihi kecintaanku terhadap diriku sendiri. Cintaku kepada ibu akan melekat sampai kapanpun karena ialah wanita yang selalu ada disampingku saat dalam keadaan apapun yang kurasa.
Ibuku bernama Yuliani yang kini berusia hampir 40 tahunan. Garis kerut dan kulit kusamnya yang terlukis di wajah yang sudah berumur ini terkadang membuatku ingin memeluk, mencium, menangis serta mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya yang tak terlukiskan kepadanya. Jika saja aku harus memilih, akan kuserahkan nyawaku untuk kebahagiaan dirinya. Aku rela melakukan apapun deminya karena ia adalah wanita luar biasa yang menjadi malaikat tak bersayap bagiku. Wanita ini banyak mengajarkanku bagaimana belajar dari kehidupan. Menmbesarkanku hingga menjadi seorang mahasiswa seperti ini bukanlah hal mudah. Penuh perjuangan yang ia lakukan bersama ayah untuk melihat kami bahagian selaku anak-anaknya. 

    



      Ibuku ini memiliki sikap yang luar biasa untuk kami sekeluarga. Hatinya yang selalu mengutamakan sang anak dan suami membuatku dan keluargaku seakan tak ingin terpisah oleh jarak meski hanya sedetikpun. Perjuangannya sebagai seorang ibu di keluarga ini tak hanya sebatas seorang ibu. Hal ini terbukti bahwa ibuku memiliki ketangguhan hati dalam menghadapi segala hal bersama-sama dengan ayah baik itu suka maupun duka. Aku dan keluargaku sangat mencintai ibu. Banyak alasan yang bisa kuceritakan mengapa ini sangat kami sayangi, sangat aku banggakan, sangat aku hargai, bahkan aku sangat takut jika suatu saat kehilangannya sebelum aku bisa membahagiakannya. Dari sekian banyaknya alasan, hal pertama yang membuatku sangat menyayangi dan mencintainya adalah kasih sayang yang ia berikan kepadaku sungguh luar biasa. tak hanya kepadaku saja, kepada ayah dan adik-adikku juga sangat luar biasa. Kasih sayang ibu mampu menjadikan kami putera-puteri terbaik yang mampu membanggakan mereka. Hal yang paling kuingat dari sosok seorang ibu adalah kenangan dimasa aku kecil. Masa dimana ibu selalu menemaniku saat sakit, sabar dalam mendidikku, bahkan ia rela tidak makan jika aku belum merasa kenyang dengan makanan yang ada. Kasih sayang ibuku tidak akan lekang sepanjang masa bahkan jika aku sudah tidak di dunia ini lagi. Kasih sayang ibu ini terlukiskan olehku karena perjuangan beliau yang selalu mengalah dengan permintaanku. Jika aku meminta sesuatu untuk keperluan sekolah, maka ibulah yang pertama sekali meminta kepada ayah tentang itu dan bahkan jika ayah tidak memberikannya, maka ibu senantiasa rela menguras tabungannya demi aku. Ibu juga tempat aku mengadu nasib jika aku memiliki masalah besara. Tak heran jika ibu menjadi seorang pahlawan yang memberi solusi kepadaku dalam hal apapun itu khususnya masalah sekolah dan kuliah. Ibu sangat menyayangi aku dan kedua adikku begitu pula aku yang tak ingin berpisah sedetikpun dengannya. Hal ini terkadang sangat berat ketika aku harus mengatakan selamat tinggal kepada ibu karena kuliahku di Banda Aceh. Perpisahan sementara dengan ibu bukanlah hal yang mudah untuk di lupakan. Setiap saat aku merasakan sepinya dunia tanpa adanya ibu saat aku pulang dari kampus karena aku sudah terbiasa dengan kasih sayang ibu dan kasihnya selama bertahun-tahun lamanya. Alasan kedua, ibuku adalah wanita yang sangat pandai mendidik anak. Ibu adalah salah satu wanita tersukses dalam mendidik aku dan adik-adikku sehingga kami memiliki akhlak dan sopan santun yang luar biasa. Ibuku adalah guru pertama dalam hidupku dalam mengajariku tentang menghargai orang lain dan sopan santun dalam beretika. Selain itu, ibu juga wanita yang sangat tangguh. Setiap hari mengurusi kami sekeluarga di rumah tatkala aku masih sekolah dulu. Pekerjaan rumah yang ia kerjakan bukanlah hal mudah. Bayangkan ibu yang harus bangun jam 04:00 wib subuh tatkala aku masih tidur pulas. Beliau mempersiapkan segalanya bagi kebutuhan keluarga seolah tak ada lelahnya. Ibu tidak pernah mengeluh dalam mengerjakan semuanya, semua beliau lakukan dengan ikhlas tanpa mengharap apapun dari kami. Pekerjaan yang paling membuatku menangis dan sedih melihat ibu adalah mencuci semua pakaian kami yang jumlahnya begitu banyak. Setiap hari ibu melakukan ini tanpa bantuan mesin cuci. Pakaian demi pakaian ia cuci dengan tangannya sendiri bahkan timba air dari sumur yang begitu berat ia kerjakan tanpa ada bantuan dari siapapun. Sedih rasanya ketika melihat tangan ibu yang kasar dan kulit ari yang terkelupas menghiasi tangannya yang dulunya halus karena mencuci dengan banyaknya pakaian kami. Aku sempat berharap jika suatu saat aku bisa membelikan ibu sebuah mesin cuci supaya ibu tidak keberatan lagi dalam mencuci pakaian. Aku sempat berpikir bahwa ibu tidak layak lagi untuk mengerjakan dan mencuci cucian dengan tangannya karena pekerjaan yang ia lakukan begitu berat sekali. Dengan harapan ini, maka jika suatu saat aku memiliki peluang dan memiliki dana yang cukup untuk membeli barang, maka akan kuhadiahkan sebuah mesin cuci untuk ibu sebagai baktiku dan rasa sayangku kepada ibu selama ini yang telah bersusah payah dengan peluhnya kepada keluarga. Dengan adanya lomba yang diadakan oleh m.elevenia.com maka aku sangat ingin memberikan sebuah produk elevenia ini berupa http://m.elevenia.co.id/ctg-mesin-cucikepada ibu dan semoga saja harapan ini terkabulkan karena aku ingin melihat ibu merasa terbantu dengan alat ini dan melihat garis kerut wajahnya  yang kusam menjadi segores senyuman indah di pipinya.

       Akhir kata ingin kuucapkan bahwa ibuku adalah ibu yang luar biasa bagiku. Ibu yang tidak pernah merasa lelah dan tidak pernah marah dengan sikap anak-anaknya yang suka membuatnya lelah. Ibu senantiasa menjaga kami meski kini kami sudah tumbuh menjadi diri yang dewasa yang senantiasa bisa menjaga diri. Ibuku adalah sosok yang selalu menganggap kami belum mandiri dan merasa bahwa kami masih sangat butuh perhatiannya sehingga ia selalu menitikkan air mata tatkala kami jauh darinya. Ibu, aku sayang ibu selamanya. Tak aka nada yang bisa menggantikan ibu meski dunia sudah tiada nantinya.

Minggu, 05 Maret 2017

Surat Untuk Ibu dari Kopelma



Surat Untuk Ibu dari Kopelma
Oleh Odi Wayuna

Ibu, ingin kuceritakan kisahku sekarang ini disini
Bu, sekarang anakmu sudah bisa menyapa dan melawan dinginnya subuh
Bu, anakmu sudah sanggup melawan kuatnya daya kantuk kala isya datang
Bu, sekarang anakmu sudah bisa memasak makanan sendiri
Walaupun rasanya kurang pas dimulut, kadang keasinan dan kadang kemanisan
Bu, sekarang anakmu sudah bisa mengatasi segala masalah disini
Bu, sekarang anakmu sudah bisa tidur sendiri tanpa harus ibu gantungkan kelambu lagi

            Ibu, ingin kuceritakan tentang kisah hari ini
            Ibu, hari ini kulewati jalan kopelma yang ramai
            Tapi kenapa perasaaku begitu sepi?
            Ibu, hari ini kulihat canda tawa teman-teman di kampus
            Tapi kenapa  hati ini belum bisa tersenyum?
            Ibu, hari ini kulihat banyak orang tua berjualan dipinggiran jalan kampus
            Disana kurasa seperti ku melihat wajahmu

Bu, hari ini kulalui gerbang indah Kopelma dengan penuh kerinduan
Kerinduanku akan tatapan serta pelukan kasih sayangmu
Kerinduanku akan nasihatmu dan suara dikala subuh datang
Dan kerinduanku terhadap buaianmu dikala isya tiba

            Ibu, hari ini anakmu hanya bisa mengirimkan sepucuk surat rindu dari Kopelma
            Mungkin hari ini anakmu belum bisa membalas jasamu
            Mungkin hari ini anakmu masih bergantung uang jajan kepadamu

Ibu, ku yakin setiap saat disana ibu selalu mendoakanku
Setiap detik disana ibu selalu ikhlas bekerja membanting tulang hanya demi anakmu disini bu.
Bekerja di ladang, penuh keringat dan rasa letih tak kau hiraukan hanya untuk menyekolahkanku

            Bu, maafkan anakmu yang belum bisa mengatur keuangan dengan baik
            Maafkan anakmu yang selalu boros dalam mempergunakan uang darimu
            Maafkan anakmu karena sering melukai hatimu dengan perkataan
            Ibu, jangan teteskan airmata kesedihan hatimu terhadapku
            Karena hal itu akan membuat masa depanku puntung bu
            Karena doamu beserta dengan ridha tuhan

Ibu, surat ini sengaja ku tulis untukmu
Semoga ibu disana sehat dan baik-baik saja
Bu, insyaallah 3 tahun ke depan anakmu akan membuat ibu dan ayah bangga saat wisuda nanti

            Insyallah bu, dengan restumu ku ingin lukis senyum bahagia di hari tuamu nanti
            Bu, aku rindu ibu.
            Saat ini hanya airmata yang bisa ku teteskan di kopelma ini sebagai tanda kerinduanku padamu
            Aku selalu rindu akan teduhnya wajahmu disana bu
            Anakmu sangat merindukanmu

Jumat, 03 Maret 2017

Dongeng "Hukum Rimba" Season II



Pagi itu gerombolan Kakek sihir datang dengan mengendarai kijang mereka. Tampak begitu banyak serigala yang dibawa oleh kakek sihir. Jubah hitam yang dikenakan si kakek sihir mampu mengubah tanaman yang subur menjadi kering karena hempasan dan kepakan jubah si Kakek Sihir. Tak berapa lama si Kakek sihir sampai di depan istana mungil keluarga Podih. Tampak si Kakek sihir datang dengan rasa bangga dan merasa paling hebat. Suasana menjadi sangat kelam tatkala si Kakek sihir datang dan masuk ke depan istana mungil keluarga Podih. Saat itu, Podih dan Caca sedang sekolah dan tidak ada dirumah. Yang ada dirumah hanyalah Ibu Podih dan Didil yang sedang mengurusi tanaman dan sesekali mengajar sihir dongeng kepada Didil. Mendengar suara derapan kaki serigala dan kijang yang mendekat, ibu pun keluar dari belakang istana mungil keluarga Podih dan menuju ke teras. Tampak disana berjejer pasukan serigala kelaparan yang mengaung keras.

“Aku datang untuk bertemu ayah Podih. Pertemukan aku dengannya segera.” Ucap Kakek sihir dengan wajah muram dan menakutkan.

“Maaf, kami tidak kenal dengan anda, darimana anda datang wahai tuan berbaju hitam.” Tanya dan balas Ibu Podih sambil menggenggam Didil dalam genggaman tangannya.

“Aku ingin membeli lahan kalian. Akan kubangun sebuah pusat kota sihir negeri dongeng disana.” Ucap kakek sihir menjelaskan dengan tegas.

“kami tidak akan menjual lahan kami kepada siapapun termasuk anda pak tua berjubah hitam.” Ucap Ibu Podih lantang.

“hahahahahaha begini caranya kau menyambut tamu wahai Ratu. Kurasa, Istana mungilmu ini akan bisa kau beli lagi jika kau jual lahan di Baneting itu kepadaku. Kalian akan kaya raya, hahahaha.” Ucap Kakek Sihir dengan sombongnya.

“baiklah jika kau tidak mau menjualnya, ku beri kau dan suamimu waktu selama sepekan. Setelah sepekan aku akan kembali kesini menanyakan keputusan. Kuharap kau tidak memancing kemarahan sang Kakek sihir wahai Ibunya Podih.” Ancam si Kakek sihir kepada ibu Podih. 

Dengan segera kakek sihir menghilang dan menarik semua pasukan serigalanya juga kijang yang ia tunggangi tadi. 

“bu, siapa mereka? Didil Takut bu, mereka mau mengambil ladang kita.” Ucap Didil kepada ibu.
“tidak usah takut Dil. Mereka tidak akan bisa mengambil Ladang kita. Ayah akan melawan kakek sihir itu dan Bang Podih juga akan menyihir Si kakek sihir menjadi tomat.” Pungkas ibu kepada Didil meyakinkan Didil yang terlihat ketakutan.

Ibu Podih pun menceritakan kepada Ayah mengenai kedatangan si Kakek sihir kepada keluarga mereka. Kedatangan Si Kakek sihir membawa sebuah perlawanan besar bagi Ayah Podih. Bagaimana tidak, Ayah Podih sudah berladang sejak 10 tahun yang lalu di kaki gunung Baneting. Semua tanaman tumbuh subur disana dan juga tak tersentuh oleh tangan-tangan jahat. Ayah Podih tidak akan memberikan atau menjual kepada siapapun ladang tersebut meskipun dibeli dengan harga yang sangat mahal dan ditukar dengan emas permata karena ayah Podih tahu bahwa orang yang ingin menguasai ladang di Baneting adalah orang jahat yang ingin menghancurkan alam dan mengganggu alam…….. Bersambung.